Rabu, 25 Maret 2015

All My Love Is For You part 1 | Fanfiction Kai-Sulli



Author : Vie Artaviia

Title : All My Love Is For You (AMLIFY)

Cast : Sulli f(x) as Choi Jinri, Kai EXO as Kai/ Kim Jongin

Genre : Romance, Drama

Disclaimer : Semua cast saya cuma pinjam. 

Note : FF ini sebenernya udah aku bikin dari tahun 2013. Terinspirasi begitu aja pas lagi dengerin lagu Kyuhyun – The Way To Break Up. Maka dari itu kalo dengerin lagu tersebut suka keinget ff ini.
Dan ff ini awalnya judulnya Promise, tapi kuganti jadi All My Love is For You karena judul sebelumnya sebenernya cuma judul sementara sampai aku menemukan judul yang cocok untuk cerita ini. XD


Happy Reading …

.

.

.

Belasan siswa dan siswi tengah mengerubungi sebuah papan mading yang berukuran 1×2 meter di sebuah lorong sekolah Seoul High School. Dalam papan itu, terdapat beberapa buah lembar kertas yang baru di pasang. Lembaran kertas tersebut berisi daftar nama nama para murid dari Seoul High School dan Cheongdam High School-sekolah tetangga yang lolos dari audisi drama musikal akbar 2 minggu lalu.

“wah .. kau lolos .. !”

“sayang sekali .. aku tak dapat peran utama ..”

“hey, Shin Jae Woo dapat peran utama ..wah .. keren ya ..?”

Para murid tersebut saling berkomentar tentang pengunguman final tersebut. Saat itu, para siswa dan siswi yang lolos audisi juga sudah di tentukan untuk perannya dalam drama musikal nanti.

“Jinri ! Jinri ! astaga .. kau dapat peran utama .. !” ujar Luna. Luna menarik gadis yang bernama Jinri agar ikut masuk dalam kerumunan.
Kemudian Jinri ikut melihat lembaran kertas dan melihat keterangan bahwa dirinya dapat peran utama, tokoh bernama Constance.

“selamat ya …! “ ucap Luna ikut senang. Jinri menatap Luna sesaat kemudian tersenyum kecil.

“sebenarnya aku tak begitu menginginkan peran ini Luna .. “

“astaga, apa yang kau bicarakan. Seharusnya kau bersyukur, di belakangmu .. masih banyak gadis gadis yang ingin mendapatkan peran itu ..” bisik Luna.

“kalau begitu .. bagaimana jika kuberi saja peran ini pada salah satu dari mereka .. ?”

Luna melebarkan matanya “tidak ! jangan ! kau harus tetap memerankan tokoh ini. Ayolah Jinri .. bahagiakan aku untuk kali ini … saja .. ya ? ya ? ya?”

Jinri tertawa kecil melihat aegyo Luna “kenapa kau ingin sekali aku ikut drama ini ..?”

Luna tesenyum jahil “ karna .. kau yang berperan sebagai Constance akan menjadi pasangannya D’Artagnan, sang ksatria ..”

“haha, lalu kenapa jika aku akan berpasangan dengan ksatria nya ?”

“ini, coba kau lihat siapa yang mendapatkan perannya”

Jinri mengkerutkan dahinya dan membaca siapa siswa yang mendapatkan peran utama itu.

“Kim Jongin ?” ucap Jinri “Kim Jongin itu .. Kai ?”

“tentu saja .. ohh ayolah Jinri ku .. beruntungnya dirimu. Menurutku, kau pantas jika bersanding dengan Kai”

“aku tak mengenalnya, berbicara dengannya saja tak pernah”

Kim Jongin atau Kai itu adalah siswa populer dari Cheongdam High School. Semua teman wanita Jinri juga para siswi Seoul High School, tempatnya bersekolah, rata rata sangat mengidolakan Kai.

Kecuali, mungkin dirinya. Jinri tak begitu mengenal Kai. Ia tak pernah tertarik untuk mencari tau apapun tentang Kai seperti yang teman teman wanitanya lakukan. Selain itu, Jinri juga belum pernah melihat sosok Kai lebih dekat. Ia hanya pernah melihatnya sekali , itupun dari jauh. Saat itu, saat tim basket yang di ketuai Kai datang ke sekolahnya untuk bertanding.

“sekarang memang tidak mengenalnya, tapi nanti … “ Luna tersenyum sedikit jahil pada temannya itu.

.

.


“aku mohon Minho, tolong izinkan aku hari ini saja. Orang tuaku akan berangkat ke Taiwan besok, aku sudah janji dengan mereka hari ini akan pulang lebih cepat. Ayolah … lagipula hari ini hanya rapat untuk menentukan jadwal latihannya kan?”

“iya, justru itu. untuk menyepakati jadwalnya, para pemainnya juga harus hadir. Dan ju …”

“aku bisa kapan saja” potong Jinri “kecuali hari ini. ya? Kumohon … Kakak sepupuku sudah menjemput di depan”

Minho terdiam menatap Jinri, kemudian ia menghela nafas “baiklah, tunggu sebentar, akan kutanyakan pada ketua panitia nya”

Jinri tersenyum dan mengangguk, dan Minho langsung meninggalkannya ke dalam untuk menemui sang ketua panitia.

“kau yang bernama Jinri?” sebut seseorang dibelakang Jinri.

Gadis itu menoleh dan mendapati pria berseragam dilapisi cardigan biru dihadapannya.

“kau … Choi Jinri itu?”

Jinri membulatkan matanya. Dalam pikirannya, sepertinya inilah pria yang namanya selalu di serukan oleh teman gadis di kelasnya. Kim Jongin atau si Kai.

Jinri mengangguk mengiyakan pertanyaan Kai.

“ah, mereka benar, kau Jinri, yang akan menjadi lawan mainku … ”

“ah, jadi kau Kai ya? kau juga yang akan jadi lawan mainku” kata Jinri pelan sambil tersenyum tipis.
Entah kenapa ia jadi sedikit gugup. Apa karena Kai terlihat lebih tampan dari apa yang pernah ditafsirkan Luna sehari-hari?

Jinri langsung menyibak sisi rambutnya ke belakang telinga. Tersipu.

“emm, ah … salam kenal, Kai. Senang bertemu denganmu, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik” ucap Jinri.

Belum sempat mendengar jawaban dari Kai, segerombolan gadis, teman satu sekolahnya sudah berbondong-bondong menghampiri tempatnya dan saling berbisik-bisik kecil mengomentari kehadiran Kai, si pria famous, di sekolah mereka.

Jinri sedikit terusik, ketika melirik ke wajah Kai, pria itu hanya diam dengan tatapan lurus ke bawah.

Kemudian Jinri menyadarkan Kai, menyebut nama pria itu dan barulah Kai menyahut.

“ah .. iya .. salam kenal juga” ujar Kai dan menggaruk belakang kepalanya “emm, sepertinya mulai hari ini kita bisa berteman … kan?” Kai terkekeh.

“tentu saja” balas Jinri sambil tersenyum manis dan Kai terus memperhatikannya. Dalam sedikit kecanggungan itu, Jinri menangkap salah satu wajah teman gadisnya yang ada di antara kerumunan gadis di belakang Kai.

Wajah si Gaeun. Gadis sombong yang selalu memusuhinya di kelas.

Gaeun menatap marah pada Jinri dan mengisyaratkan Jinri untuk pergi dari dekat Kai menggunakan kepalanya. Jinri menyadarinya. Ketika hendak berpamitan pada Kai, Minho datang dan berkata “kau diizinkan pulang Jinri. Hari ini hanya rapat untuk seksi dekorasi”

“ouh, terima kasih ! kalau begitu aku pamit duluan. Dan, sampa jumpa … “ Jinri menatap Kai yang tersenyum tipis padanya “ … Kai”. Kemudian ia langsut melesat pergi dari tempat itu.

Ini semua gara-gara Gaeun, ia jadi terburu-buru untuk meninggalkan Kai. Jinri tak berani macam-macam pada gadis sombong itu. Gaeun termasuk seorang gadis yang juga menyukai Kai. Jika Gaeun sampai cemburu melihatnya dekat dengan Kai, habislah ia. Jinri tak mau ‘dikerjai’ terus. Jinri tak mau mencari masalah lagi seperti sebelumnya.

Sementara Kai, ia juga terlihat senang ketika tau para pemain boleh pulang. Sepertinya ada sesuatu yang lebih ingin ia lakukan ketimbang rapat.

Kai berbalik badan. Dan ia melebarkan matanya melihat beberpa gadis sudah berkumpul dibelakangnya dengan tatapan yang meleleh.

“a .. ada apa ini? kenapa kalian berdiri dibelakangku??”

Para gadis itu tak menjawab dan masih memandang Kai dengan berbinar.
Minho, dibelakang Kai tersenyum simpul. Kemudian ia maju sedikit dan mendekatkan bibirnya di telinga Kai.

“yang harus kau tau, bahwa … jumlah gadis yang menyukaimu disini itu lebih banyak dari sekolahmu sendiri”

Kai makin melebarkan matanya. Ia menelan ludah dengan susah.

.

.

Jinri masuk kedalam mobilnya dan menemukan si pengemudi, Chansung, tertidur dengan wajah menempel pada stir. Ia tertawa ringan dan menepuk nepuk punggung sepupunya itu.

“oppa bangun !”

Chansung terlihat gelagapan. Matanya terlihat merah ketika terbuka. Pertanda ia sangat larut dalam tidurnya tadi.

“sudah pulang, Jinri-ah?” tanya nya sambil mengucak mata.

Jinri terkekeh lagi “kalau belum pulang, tak mungkin sekarang aku disini. Ayo oppa cepat kumpulkan nyawamu dan pulang !” seru Jinri dengan imut sambil menepuk nepuk pelan pundak Chansung.

Chansung tersenyum “tenang saja, tak usah terburu-buru. Paman dan bibi tak akan berangkat ke Taiwan tanpa pamit padamu”

Jinri tertawa “aa~ bukan itu. aku sudah tak sabar berangkat ke Jinan nya, pokoknya ayo cepat kita pulang” rengek Jinri.

“baiklah, siap nona muda !” sahut Chansung dan mengundang tawa Jinri lagi.

“oh iya, kau tau, pengunguman para pemain drama musikalnya sudah ditentukan, dan ternyata aku dapat pemeran utama wanitanya” kata Jinri ditengah perjalanan.

“benarkah? Itu berita bagus kan …”

Jinri menggeleng dan mengguman “tidak, menurutku. Karena aku dapat pemeran utama ini, jadi banyak gadis, teman sekelasku yang membenciku. Mereka banyak yang mengincar peran ini, terlebih lagi, pemeran utama pria nya yang terpilih adalah Kai”

“Kai? Pria yang waktu itu kau bilang murid terkenal di Cheongdam High School itu?”

Jinri mengangguk “waktu itu, kataku, banyak gadis yang menyukainya kan? Karena itu mereka iri dan menatap sinis padaku”

“kalau begitu, kau mundur saja dan beri peran itu pada yang lain?”

“tadinya juga aku mau seperti itu. lagipula waktu itu kan aku ikut audisinya karena Luna yang mendaftarkannya, dan tak disangka malah aku yang terpilih. Aku sempat ingin mundur, tapi … “ Jinri menggantung kalimatnya.

Bayangan wajah Kai tiba-tiba terlintas. Ia jadi ragu untuk mundur dari perannya …

Karena Kai … ?

Ya … itu kata hatinya.

“tapi apa?” tegur Chansung.

“ah, tapi … tapi … aku berubah pikiran dan ingin mencobanya. Heh ..” Jinri tersenyum menampilkan deretan giginya.

“Aku jadi khawatir. Kalau mereka iri, pasti kau dijahili lagi. Aku tak suka”

Senyuman Jinri memudar. Ia jadi ingat kejadian hampir sebulan lalu. Ketika Gaeun dengan beraninya menjepit jari-jari Jinri di laci meja sekolah hanya karena Jinri tak mau memberikan PR nya.
Ketika itu jari Jinri bengkak dan membiru. Ia berusaha untuk menyembunyikannya tapi tetap saja Chansung langsung menyadarinya.

“pokoknya, kau harus bilang padaku jika mereka macam macam, mengerti? kau tak bisa menyembunyikan apapun dariku. Kau lupa? Aku selalu memperhatikanmu”

Jinri menoleh pada Chansung sebentar, kemudian menatap lurus hadapannya lagi dan tersenyum lembut. Inilah yang membuatnya nyaman didekat kakak sepupunya itu. Chansung sangat peduli bahkan lebih peka ketimbang orang tua Jinri sendiri.

“mm, oppa … tetap perhatikan aku ya?”

.

.

Sebelum membuka pintu mobilnya, Kai melihat Jinri lagi. Gadis itu masuk kedalam mobilnya dan tampak berbicara pada seorang pria yang mengemudikan mobil. Siapa orang itu Kai tak perduli. Yang jelas, ia jadi ‘lebih’ memperhatikan Jinri semenjak melihat gelang nya di depan aula rapat tadi.

Gelang berwarna ping dengan banyak bandul bulat kecil.

Gelang yang mengingatkannya pada seseorang.

“ini gelang untukmu. Jangan lihat harganya. Aku hanya ingin kau menyimpannya. Ketika kau melihat gelang ini, kau juga akan seperti melihatku”

”ah terima kasih. Aku suka warna ping. Apa ini gelang pasangan? Mana punyamu?”

“bukan gelang pasangan, ini hanya untukmu. Haha, lagipula yang benar saja. Warnanya ping dan modelnya untuk anak gadis, aku tak mungkin memakai gelang itu”

Gadis itu terkekeh “benar juga. Terima kasih, aku suka … “

Kai tersenyum kecut mengingat kenangan itu.

“tentu saja. Jinri bisa saja memilikinya. Itu kan di jual di kaki lima dekat Namsan Tower. Pastinya banyak remaja yang kesana dan membelinya juga” gumamnya, kemudian masuk kedalam mobil dan melesat pergi dari area sekolah.

.

.

.

Tn Kim Jong Il, sang CEO dari Otic Entertainment berjalan di sepanjang koridor lantai dasar sambil menelpon salah satu rekannya. Ditangan kanannya, ia menggandeng seorang bocah kecil yang sedang asik melayang-layangkan pesawat mini mainannya.

Siang itu, Otic entertainment sedikit ramai dari biasanya. Perusahaan yang terletak di kawasan Gangnam, Apgujeong itu tengah dihadiri oleh banyak muda mudi yang dari pagi sudah mengantri untuk melakukan audisi model.

Tuan Kim selaku CEO juga turut hadir untuk menyaksikan sendiri kemampuan para peserta audisi.

“eomma !” Teriak si bocah dan melepas genggaman Tn Kim, ayahnya. Bocah itu menghampiri seorang ibu muda berusia sekitar 40 tahunan yang ternyata ibunya sendiri.

“Kei ! sayang, kamu tidak nakal kan tadi?” tanya sang ibu sambil berjongkok, menyamai tinggi Kei, si bocah.

“tentu saja tidak ! selama appa bekerja, aku sms-an dengan Kai hyung”

Ny Kim menipiskan senyumannya dan menoleh pada Tn Kim yang sudah selesai dengan pembicaraannya di ponsel.

“setelah ini kita kemana yeobo? Langsung pulang?”

“mm, bagaimana kita jalan-jalan dulu? Bagaimana Kei? Kau mau beli mainan lagi?”

“aku mau ke cafe es krim seperti yang kemarin ketika hyung mengajakku”

“oh ya? dimana itu? kau tau nama café nya sayang?” tanya Ny Kim.

“aku tak tau, tanya saja pada Kai hyung. Eomma, cepat telfon Kai hyung, nanti aku yang bicara” pinta Kei.

“ehm, yeobo. Aku sedang tak ada pulsa. Pakai ponselmu ya?” kata Ny Kim dan Tn Kim langsung memanggil Kai lewat ponselnya.

“ini Hyung nak … “ Tn Kim menyerahkan ponselnya pada si kecil ketika tau Kai sudah menjawab panggilannya. Ia tersenyum melihat tingkah putra bungsunya. Ia benar-benar mengerti seberapa suka nya Kei pada kakaknya itu.

“yoboseyo, hyung? Ini aku Kei”

Kai terkekeh “dari suaramu hyung juga sudah tau. Ada apa Kei?”

“hyung aku mau ke café es krim yang sama seperti kita datangi kemarin. Dimana itu? aku , eomma dan appa mau kesana sekarang. Kirimkan alamatnya eo?”
Tn dan Ny Kim terkekeh geli mendengar gaya bicara Kei pada Kai yang sok dewasa.

Kai tertawa di sebrang telpon mendengar nada bicara adiknya. Berlaga memerintah. “café itu ada di Myeongdong Kei. Sekarang berikan ponselnya pada appa, nanti hyung beritahu alamatnya”

“tidak usah, bicara saja padaku !”

Lagi, lagi, Tn dan Ny Kim juga Kai di sebrang telfon tertawa geli mendengar Kei.

kau pasti akan susah mengingat namanya. Nama cafenya Myeorezze cafe “

“hah? Apa ? meoles …..”

Tn Kim tertawa “Kei, biar appa yang bicara ya?” Tn Kim langsung mengambil ponselnya dari Kei.

“apa nama café nya Kai?” tanya Tn Kim dengan nada yang dicampur dengan kekehan geli. Ny Kim juga ikut tertawa dan memeluk gemas putra kecilnya itu.

“di Myeongdong, café Myeorezze. Posisinya di gang ketiga sebelah kanan” jawab Kai “appa, apa waktu kecil kau seperti Kei? Kenapa ia berbicara dengan nada sok seperti itu?” Kai masih terkekeh.

“appa tidak begitu. Kei seperti itu karena ia sering main denganmu tau!” Tn Kim tertawa lagi. “ya sudah lah. Kau dimana Kai? Sudah pulang sekolah?”

sudah, aku sedang menyetir, mau ke tempat Minseok hyung”

“tidak mau ikut dengan kami?”

tidak. aku ke tempat Minseok hyung saja. Sudah 2 minggu aku tak kesana”

“baiklah, jangan pulang terlalu larut” pesan Tn Kim kemudian menutup sambungannya.

“hyung tak ikut kita appa?” tanya Kei.

“tidak Kei, Hyung ada urusan dengan temannya. Kalau begitu, ayo kita ke Myeongdong sekarang”
Mereka mulai beranjak, “Dan Kei … nama café nya bukan meoles tapi Myeorezze, hahaha”
Kei menyengir dan Ny Kim makin terkikik.

.

.

.

Jinri dan Chansung sampai di depan pintu rumah. Sebelum masuk, Jinri berhenti dan berbalik badan pada kakak sepupunya.

“oppa tadi kau lihat Hana eonni?”

Chansung mengkerutkan dahinya “Hana? Dimana? Aku tak melihatnya”

“aih, masa kau tak melihatnya? Tadi saat kita berhenti di depan toko es krim dekat blok sebelah. Ia duduk di bangku taman samping toko dan tersenyum pada kita. Jadi kau tak melihatnya? Berarti tadi ia hanya tersenyum padaku?”

“apa iya? Aku sama sekali tak melihatnya”

Jinri menaikkan ujung bibir atasnya “kau terlalu ‘memperhatikanku’ hingga tak menyadari ada orang lain yang memperhatikanmu juga. Sekali-kali ‘lihat’ orang yang di sekitarmu juga”

“ooh, jadi sekarang kau ingin aku melepas perhatianku padamu? Begitu” goda Chansung.

“ah, anniyo. Tidak begitu, tetap ‘perhatikan’ aku. Tapi jangan lupa ‘perhatikan’ sekitarmu juga.” Rengek Jinri. “kau tau? Sepertinya Hana eonni menyukaimu”

“yang benar saja, kami jarang bertemu. Bagaimana ia bisa langsung menyukaiku. Itu hanya perasaanmu saja Jinri” kata Chansung sambil mengusap kepala Jinri.

“sungguh, aku tau. Terlihat jelas dari tatapannya. Lebih baik sekarang kau hampiri dia. Dan mengobrol lah sedikit. Palli !” Jinri mendorong sedikit tubuh Chansung untuk kembali ke mobil.

“hei, untuk apa? Tak perlu sampai seperti ini. lagipula sekarang aku harus di rumah untuk membantu paman dan bibi siap-siap.”

“itu tak perlu, aku yang akan membantu appa dan eomma. Sudah, sekarang cepat kau pergi sajaa” Jinri mendorong tubuh Chansung ke dalam mobil dan menutup pintunya.

Chansung sepertinya tak bisa berbuat apa-apa lagi hingga ia terpaksa menuruti apa kata Jinri. Ia pun langsung menyalakan mesin mobil dan beranjak keluar pekarangan rumah.

Jinri melambai-lambaikan tangannya pada mobil Chansung “semoga sukses!”

Setelah itu, ia masuk kedalam rumah. Ada Tn dan Ny Choi di ruang tamu. Sedang mempersiapkan  hal lain untuk keberangkatan mereka ke Taiwan besok.

“eomma, aku sudah pulang lebih awal, kapan kita berangkat?” seru Jinri dan menggaet tangan kanan ibunya.

Ny Choi tertawa lembut “sebentar ya, tunggu appa menyelasaikan bicaranya di telfon”

Jinri menoleh pada Tn Choi yang sibuk berbicara dengan pegawainya di Hotel lewat ponsel.

Jinri mengerucutkan bibirnya. Jika sudah bicara urusan Hotel, ayahnya akan sangat lamaa .. sekali.

Maklum, Hotel Harmony akan ditinggal oleh sang pemilik selama beberapa bulan. Dan ayahnya, si pemilik hotel tersebut harus banyak memberi peringatan, pesan, dan peraturan baru pada pegawainya selama ia tak ada.

Selama Tn Choi tak ada, Chansung yang akan menggantikan posisinya.

.

.

.

Keadaan di Seoul High School sama seperti biasanya, ramai di jam 3 sore ini, karena para murid telah menyelesaikan jam belajar mereka.

Di koridor lantai dua yang mulai sepi, tampak Gaeun dan 2 temannya menyeret Jinri ke sebuat kelas kosong di ujung koridor. Gaeun dan 2 temannya tampak geram. Mereka langsung menghempaskan Jinri ke salah satu kursi di barisan paling depan.

“ada apa??” seru Jinri. Ia merasa sedikit nyeri pada punggungnya akibat hempasan Gaeun.

“’ada apa?’ ? kurasa mulai kedepannya kau tak perlu bertanya ada apa lagi karena mulai sekarang, melabrakmu jadi salah satu hobiku di sekolah ini” kata Gaeun da tertawa pada 2 teman dibelakangnya.

“ah, tak hanya melabrak, tapi juga mengerjai” tambahnya sambil menekankan kata terakhir.

“mau mengerjaiku lagi? Memangnya aku salah apa lagi?”

Ekspresi Gaeun berubah datar dan menatap tajam pada Jinri. Ia melipat kedua tangannya. “aku tak suka saat menyadarai bahwa kau dan Kai akan memiliki banyak waktu bersama sebagai partner musikal kedepannya”

“yaah, aku tau ini masalah sepele dan terdengar … kekanakan. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku kan baru saja menetapkan, ‘melabrak’ mu adalah hobi baruku sekarang. Jadi ini kujadikan alasan untuk mengerjaimu sekarang” kemudian Gaeun tertawa lagi.

Jinri menelan ludahnya. Ia jadi merasa pengecut jika dihadapan Gaeun. Entah kenapa ia sama sekali tak bisa melawan gadis licik itu sekalipun. Mungkin ia memang tak pernah dilahirkan untuk menjadi gadis yang pemberani. Dari dulu yang melekat di dirinya hanya sifat penakut, manja dan kekanakan.
“sekarang, apa yang mau kau lakukan lagi padaku …” tanya Jinri dengan hati hati.

Gaeun tersenyum “tenang, aku tak akan lagi menyakiti fisikmu seperti beberapa minggu lalu. Sekarang hanya akan …” Gaeun tak menyelesaikan kata-katanya dan malah mengisyaratkan sesuatu pada 2 temannya, entah apa itu, Jinri tak tau.

2 teman Gaeun maju dan mengambil tas Jinri. Jinri mulai panik dan berseru-seru ‘mau dikemanakan tasnya’.

Diam-diam, Gaeun menyalakan AC dan menyetel suhunya dengan angka terendah.
Setelah itu, 3 gadis jahat tersebut beranjak keluar kelas. Ketika Jinri hendak mengekori, Gaeun mendorong Jinri menjauh, kemudian buru-buru mengunci pintunya dari luar. Mereka meletakkan tas Jinri di depan pintu, di luar bersama si remote AC.

Jinri makin panik. Jadi begini ulah Gaeun kali ini. Menguncinya di kelas kosong paling pojok, disaat sekolah mulai sepi, agar tak ada yang menolongnya. Apalagi Jinri juga baru menyadari AC yang dinyalakan Gaeun.

Jinri makin mengerti maksud Gaeun. Gaeun tau kelemahannya terhadap dingin. Maka dari itu Gaeun menggunakan hal ini untuk membuatnya sakit. Ini Gila ! Gaeun benar-benar keterlaluan.

“Gaeun-ah ! jangan lakukan ini. Kumohon ! Kau boleh membuat jariku berdarah atau bengkak seperti kemarin. Tapi tidak yang ini !” seru Jinri sambil menggedor pintu.

Gaeun menampakkan wajahnya di kaca pintu “tenang saja, kau tak akan kutinggal. Aku mau ke salon dulu, kira kira selama 3 jam, setelah itu kami akan kembali lagi untuk membukan pintu dan membiarkanmu pulang. Seperti itu. Kami baik kan?” kata Gaeun.

Jinri melebarkan matanya. Ia terus menggedor gedor pintu, makin keras ketika Gaeun dan temannya mulai menuruni tangga.

“Gaeun ! Gaeun kau jahat !” seru Jinri. Ia mulai menangis dan memerosotkan tubuhnya. Ia tak bisa menghubungi siapapun, ponselnya ada di dalam tas. Maka dari itu Gaeun merebut tas nya tadi.

Sepertinya ia benar-benar akan terjebak di kelas itu sampai Gaeun kembali dari salon. Penjaga sekolah juga biasa berkeliling untuk memeriksa sekitar jam 8 malam. Jinri tak akan bisa meminta tolong.

Jinri menangis, ia mulai memeluk lengannya. Ia menoleh ke AC yang suara mesinnya sedikit terdengar, menandakan bahwa AC itu mengeluarkan suhu dingin yang besar.

Jinri melarikan dirinya ke pojok kelas di barisan paling belakang. Posisi itu agak kurang terkena jangkauan AC, tapi tetap saja, dinginnyapun terasa meski tak sedingin di depan.

Ini hari sial untuknya. Kebetulan Chansung juga tak menjemputnya karena ada urusan di Hotel.
Sekarang yang bisa Jinri lakukan adalah berdoa. Jangan sampai ia cepat hipotermia dan membuatnya membeku.

“tak apa … aku kuat … suhu di belakang sini tak begitu kencang. Aku akan bertahan sampai mereka kembali” katanya lemas sambil meringkuk, memeluk tangan dan kakinya.

.

.

.

2 jam kemudian …

Harapan Jinri nyatanya tak terkabul. Ia menggigil keras sekarang. Suhu dingin mulai menusuk sampai ke tulangnya. Jinri tak seperti orang lain. Ia punya kelainan yang sangat sensitif terhadap suhu dingin.

Bagi orang lain dingin seperti ini hanya akan membuat mereka meringkuk, tapi untuk Jinri, dingin ini telah membuat bibirnya membiru, kulitnya putih memucat dan giginya bergelatukan keras.

Mata Jinri berkaca-kaca, air matanya sudah terlebih dulu mengering sebelum sempat menetes dipipi.

Untuk berdiri, berjalan dan berseru “tolong” sekarang juga ia sudah tak sanggup lagi. Saking dinginnya di ruangan itu.

Ia mulai tak bisa berpikir dengan baik. Yang di pikirannya sekarang hanya gambaran dirinya akan pingsan dan ketika bangun ia sudah ada di ranjang rumah sakit nanti. Seperti itu.

Samar-samar Jinri mendengar nada dering ponselnya di luar kelas. Mungkin Chansung yang menelpon, tapi percuma, ia tak bisa mengangkatnya. Jinri mulai kehilangan kesadarannya.

Kemudian, samar-samar lagi, ia mendengar seruan seorang pria diluar. Pria tersebut menggedor-gedor pintu dan sesekali wajahnya tampak di kaca pintu. Jinri mulai bisa tersenyum walaupun tipis. Itu artinya, sudah ada orang yang mengetahui keberadaanya. Syukurlah, aku segera tertolong, gumamnya.

Sekitar 10 menit kemudian, pintu berhasil dibuka. Dengan pandangannya yang mulai mengabur, Jinri melihat ada 2 orang pria menghampirinya. Kemudian pria yang satu mendekatinya dan memanggil-manggil namanya.

Jinri berusaha melebarkan matanya. Mencoba mengenali siapa pria didekatnya kini, yang sudah menolongnya.

“K … Kai …?” sebut Jinri. Mudah-mudahan ia tak salah mengenali.

“Jinri?? Apa yang terjadi?? Kenapa kau bisa terkunci??” tanya Kai bertubi-tubi “dan kenapa bisa seperti ini??”

“a .. aku tak salah orang kan? … kau .. Kai … kan?” tanya Jinri terbata, suaranya jadi sedikit serak.

“iya ini aku Kai !” jawab pria itu yang memang ternyata Kai.

Jinri tersenyum tipis, tapi sepertinya tak akan terlihat, pipinya susah ditarik keatas untuk membentuk seulas senyum.

Kemudian Kai memandangi tubuh Jinri yang memucat. Ia mendekatkan tubuhnya lagi dan mendekap Jinri.Siapapun pasti mengerti, Jinri membeku saat ini.

Ketika Kai mendekapnya, Jinri bisa merasakannya. Tubuhnya perlahan menghangat dan kembali peka. Kepala Jinri berada di depan dada Kai. Jinri mulai meraba punggung tangan Kai yang tengah mendekapnya. Ia benar-benar butuh kehangatan itu untuk mencegah kesadarannya.

“ahjussi, UKS belum dikunci kan?” tanya Kai pada pria satunya yang ternyata paman penjaga sekolah.

Jinri membuka mulutnya, ingin mengatakan sesuatu dan disadari oleh Kai hingga Kai kembali terpaku padanya.

“kau mau mengatakan sesuatu??”

“di .. ngin .. “ ucap Jinri.

“ya? kau bilang apa Jinri ??” tanya Kai panik. Kai mendekatkan telinganya ke mulut Jinri.

“di .. ngin … hiks …” sejurus kemudian Jinri menangis. Ia merasa berterima kasih pada Kai. Disaat ia mulai tak kuat dengan dinginnya, Kai datang dan langsung mendekapnya, menyalurkan kehangatan padanya.

“ahjussi, aku akan membawa Jinri ke rumah sakit. Sepertinya ia hipotermia ringan. Ahjussi tolong bawakan tasnya sampai ke mobilku !”

“baik tuan … “sahut paman penjaga sekolah.

Kai menggendong Jinri dan membawanya pergi.

Syukurlah, Jinri selamat …

.

.

.

To be continued …




Terima kasih sudah mau membaca sampai baris terakhir ini,
Gak ngomong apa- apa dulu deh XD
sampai jumpa di part 2 …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar